Pengertian
Budaya menurut para ahli:
· E.
B. Tylor, Budaya adalah
suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan
yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
· R.
Linton, Dalam bukunya yang
berjudul “The Cultural
Background Of Personality” menyatakan bahwa kebudayaan adalah
konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur
pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
·
Koentjaraningrat, Mengartikan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar.
· Mengusahakan
kepekaan mahasiswa & masyarakat terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka
lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk
kepentingan profesi mereka.
· Memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap
persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
·
Mengusahakan agar mahasiswa,
sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin
masing-masing tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan
disiplin secara ketat.
Ruang
Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dalam kerangka tujuan yang telah
ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar), kedua
masalah pokok itu adalah :
- Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusian dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), Baik dari segi masing-masing keahlian (Disiplin), didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (Antar Bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
- Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat.
Kedua Pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah
IBD (Ilmu Budaya Dasar), Nampak jelas bahwa manusia menepati posisi sentral
dalam pengkajian.
Manusia tidak hanya sebagai objek pengkajian,
bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dan bagaimana pula
hubungan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD.
Salah satu
contoh budaya yang ada di Indonesia adalah kebudayaan dari masyarakat Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur. Masyarakat suku tengger
merupakan salah satu suku yang mendiami lereng Gunung Bromo-Semeru. Gunung Bromo
(2.392m) adalah gunung yang dianggap suci bagi masyarakat Tengger karena
merupakan lambang tempat Dewa Brahma, tempat wisata terkenal di jawa timur yang
dapat ditempuh lewat empat kabupaten, yaitu: Probolinggo, Pasuruan, Lumajang,
dan Malang.
Puncak Gunung Bromo yang luasnya 10 km merupakan
perpaduan antara lembah dan ngarai dengan panorama yang menakjubkan bisa
menikmati hamparan lautan pasir seluas 50 km. Kawah gunung Bromo berada
dibagian utara berketinggian 2.392 mdpl yang masih aktif dan setiap saat mengeluarkan
kepulan asap ke udara. Suhu rata-rata digunung Bromo antara 3-17°C. Bagian
selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai,
danau-danau kecil yang membentang di kaki Gunung Semeru yang dirimbuni hutan
dan pepohonan. Disamping pemandangan alam yang indah Gunung Bromo juga memiliki
daya tarik yang luar biasa karena tradisi masyarakat Tengger yang tetap
berpegang teguh pada adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedomannya. Masyarakat
Tengger memiliki rasa persaudaraan serta solidaritas yang sangat tinggi. Kriminalitas
di masyarakat Tengger sangatlah kecil semua itu disebabkan oleh rasa percaya
pada adanya tradisi, kualat, serta akibat yang akan didapat dari Sang Hyang
Widhi jika mereka melakukan suatu kesalahan. Masyarakat Suku tengger berjumlah
sekitar 40 ribu jiwa yang tinggal dilereng Gunung Semeru dan disekitar kaldera
Tengger.
Sifat umum di dalam
kehidupan sehari-hari orang Tengger mempunyai kebiasaan hidup sederhana, rajin
dan damai. Mereka adalah petani, ladang mereka di lereng-lereng gunung dan
puncak-puncak yang berbukit-bukit. Alat pertanian yang mereka pakai sangat
sederhana, terdiri dari cangkul, sabit dan semacamnya. Hasil pertaniannya itu
terutama adalah jagung, kopi, kentang, kubis, bawang, wortel dsb. Kebanyakan
mereka bertempat tinggal jauh dari ladangnya, sehingga harus membuat
gubuh-gubuk sederhana di ladangnya untuk berteduh sementara waktu di siang
hari. Mereka bekerja sangat rajin dan pagi hingga petang di ladangnya. Pada
umumnya masyarakat Tengger hidup sangat sederhana dan hemat. Kelebihan
penjualan hasil ladang ditabung untuk perbaikan rumah serta keperluan memenuhi
kebutuhan rumah tangga lainnya. Kehidupan masyarakat Tengger sangat dekat
dengan adat- istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya secara
turun-temurun. Dukun berperan penting dalam melaksanakan upacara adat karena
dalam segala pelaksanaan adat, baik mengenai pernikahan, kematian atau
kegiatan-kegiatan lainnya. Dukun sebagai tempat bertanya untuk mengatasi
kesulitan ataupun berbagai masalah kehidupan.
Kehidupan masyarakat Tengger
penuh dengan kedamaian dan kondisi masyarakatnya sangat aman. Segala masalah
dapat diselesaikan dengan mudah atas peranan orang yang berpengaruh pada
masyarakat tersebut dengan sistem musyawarah.
Pelanggaran yang dilakukan
cukup diselesaikan oleh Petinggi (Kepala Desa) dan biasanya mereka patuh.
Apabila cara ini tidak juga menolong, maka si pelaku pelanggaran itu cukup
disatru (tidak diajak bicara) oleh seluruh penduduk. Mereka juga sangat patuh
dengan segala peraturan pemerintah yang ada, seperti kewajiban membayak pajak,
kerja bakti dan sebagainya.
Bahasa daerah yang
digunakan adalah bahasa Jawa yang masih berbau Jawa kuno. Mereka menggunakan
dua tingkatan bahasa yaitu ngoko, bahasa sehari-hari terhadap sesama atau
sebaya, dan kromo untuk komunikasi terhadap orang yang lebih tua atau orang tua
yang dihormati. Pada masyarakat Tengger tidak terdapat adanya perbedaan kasta,
dalam arti mereka berkedudukan sama.