Powered By Blogger

Senin, 23 Maret 2015

Ilmu Budaya Dasar (Suku Tengger)



Pengertian Budaya menurut para ahli:
·  E. B. Tylor, Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
·  R. Linton, Dalam bukunya yang berjudul The Cultural Background Of Personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
·  Koentjaraningrat, Mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar.
·  Mengusahakan kepekaan mahasiswa & masyarakat terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
·  Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
·  Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin secara ketat.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar), kedua masalah pokok itu adalah :
  • Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusian dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), Baik dari segi masing-masing keahlian (Disiplin), didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (Antar Bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
  • Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat.
Kedua Pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD (Ilmu Budaya Dasar), Nampak jelas bahwa manusia menepati posisi sentral dalam pengkajian.
Manusia tidak hanya sebagai objek pengkajian, bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dan bagaimana pula hubungan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD.

Salah satu contoh budaya yang ada di Indonesia adalah kebudayaan dari masyarakat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur. Masyarakat suku tengger merupakan salah satu suku yang mendiami lereng Gunung Bromo-Semeru. Gunung Bromo (2.392m) adalah gunung yang dianggap suci bagi masyarakat Tengger karena merupakan lambang tempat Dewa Brahma, tempat wisata terkenal di jawa timur yang dapat ditempuh lewat empat kabupaten, yaitu: Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. 

Puncak Gunung Bromo yang luasnya 10 km merupakan perpaduan antara lembah dan ngarai dengan panorama yang menakjubkan bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 50 km. Kawah gunung Bromo berada dibagian utara berketinggian 2.392 mdpl yang masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara. Suhu rata-rata digunung Bromo antara 3-17°C. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki Gunung Semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan. Disamping pemandangan alam yang indah Gunung Bromo juga memiliki daya tarik yang luar biasa karena tradisi masyarakat Tengger yang tetap berpegang teguh pada adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedomannya. Masyarakat Tengger memiliki rasa persaudaraan serta solidaritas yang sangat tinggi. Kriminalitas di masyarakat Tengger sangatlah kecil semua itu disebabkan oleh rasa percaya pada adanya tradisi, kualat, serta akibat yang akan didapat dari Sang Hyang Widhi jika mereka melakukan suatu kesalahan. Masyarakat Suku tengger berjumlah sekitar 40 ribu jiwa yang tinggal dilereng Gunung Semeru dan disekitar kaldera Tengger.

Sifat umum di dalam kehidupan sehari-hari orang Tengger mempunyai kebiasaan hidup sederhana, rajin dan damai. Mereka adalah petani, ladang mereka di lereng-lereng gunung dan puncak-puncak yang berbukit-bukit. Alat pertanian yang mereka pakai sangat sederhana, terdiri dari cangkul, sabit dan semacamnya. Hasil pertaniannya itu terutama adalah jagung, kopi, kentang, kubis, bawang, wortel dsb. Kebanyakan mereka bertempat tinggal jauh dari ladangnya, sehingga harus membuat gubuh-gubuk sederhana di ladangnya untuk berteduh sementara waktu di siang hari. Mereka bekerja sangat rajin dan pagi hingga petang di ladangnya. Pada umumnya masyarakat Tengger hidup sangat sederhana dan hemat. Kelebihan penjualan hasil ladang ditabung untuk perbaikan rumah serta keperluan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Kehidupan masyarakat Tengger sangat dekat dengan adat- istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya secara turun-temurun. Dukun berperan penting dalam melaksanakan upacara adat karena dalam segala pelaksanaan adat, baik mengenai pernikahan, kematian atau kegiatan-kegiatan lainnya. Dukun sebagai tempat bertanya untuk mengatasi kesulitan ataupun berbagai masalah kehidupan.

Kehidupan masyarakat Tengger penuh dengan kedamaian dan kondisi masyarakatnya sangat aman. Segala masalah dapat diselesaikan dengan mudah atas peranan orang yang berpengaruh pada masyarakat tersebut dengan sistem musyawarah.
Pelanggaran yang dilakukan cukup diselesaikan oleh Petinggi (Kepala Desa) dan biasanya mereka patuh. Apabila cara ini tidak juga menolong, maka si pelaku pelanggaran itu cukup disatru (tidak diajak bicara) oleh seluruh penduduk. Mereka juga sangat patuh dengan segala peraturan pemerintah yang ada, seperti kewajiban membayak pajak, kerja bakti dan sebagainya.

Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Jawa yang masih berbau Jawa kuno. Mereka menggunakan dua tingkatan bahasa yaitu ngoko, bahasa sehari-hari terhadap sesama atau sebaya, dan kromo untuk komunikasi terhadap orang yang lebih tua atau orang tua yang dihormati. Pada masyarakat Tengger tidak terdapat adanya perbedaan kasta, dalam arti mereka berkedudukan sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar